12th January 2022

MGKB: Tukang Gombal

Bagian narasi dari AU Maba Galak & Komdis Bucin

Setelah mendapatkan pesan dari Mingyu, Jimin bergegas turun dari lantai tiga perpustakaan untuk menuju ke kantin fakultas tetangga. Ia menggerutu sebal mengingat laporan mengenai Jungkook yang katanya sedang melayangkan berbagai gombalan pada mahasiswa baru di kantin.

Hanya butuh waktu kurang dari lima menit bagi Jimin untuk berjalan menuju ke kantin. Sesampainya di tempat tujuan, ia tersenyum tipis saat melihat kebenaran mengenai Jungkook yang sedang berbicara pada sekelompok mahasiswa baru sembari tersenyum. Jimin sangat tahu, itu adalah ekspresi khas Jungkook ketika sedang merayu.

Jimin berjalan pelan, kemudian berdiri tepat di belakang Jungkook yang duduk di kursi kantin. Di seberang kursi terdapat Rose, Mingyu, dan Jaehyun, tentu saja mereka hanya diam saat mengetahui kedatangan Jimin, tak mau repot memberi tahu Jungkook.

“Lu bertiga ngapain cekikikan gak jelas?”

Jungkook melayangkan pertanyaan pada ketiga sahabatnya yang tertawa bersama, itu membuatnya merasa curiga.

“Enggak, bro. Gombalan-gombalan lo keren banget dah,” respon Jaehyun sembari mengacungkan dua jempol.

“Iya lah, gue. Udah ganteng, naklukin siapapun juga gampang.” Jungkook membanggakan dirinya.

“Emang gue nih kayaknya perlu berguru ke elo deh, bro.” Kali ini Mingyu berucap.

“Gue bilang juga apa. Kalo bikin cewek sama uke klepek-klepek sih gue ahlinya.”

Lagi, Jungkook menyombongkan dirinya, tanpa tahu bahwa seseorang di belakangnya sedang bersedekap dada dan menatapnya jengah.

“Lo gombalin maba begini, gak takut ketahuan dek Jimin?” tanya Rose.

“Santai aja gue. Dia tadi bilang lagi nugas di perpus,” jawab Jungkook sangat santai.

“Udah ah, lu bertiga ganggu aja. Makan-makan sono.” Akhirnya Jungkook kembali menghadap pada bangku sebelah, tempat duduk beberapa mahasiswa baru yang dirayunya.

“Beomgyu.” Jungkook kembali memanggil seorang mahasiswa baru yang berambut sepundak—yang baru ia kenal beberapa menit lalu.

“Iya, mas?” Beomgyu adalah mahasiswa baru di Fakultas Ilmu Budaya, sehingga kemungkinan besar ia tak mengetahui fakta bahwa Jimin merupakan kekasih Jungkook.

Pronoun kamu tuh apa sih?”

“Ya he dong. ‘Kan aku cowok, mas.”

“Oh. Ya soalnya aku perlu tahu, biar gak salah nyebut. Takutnya aku salah sebut pake pronoun mine ke kamu.”

“WOI BISA AJA.”

Ketiga teman Jungkook dan mahasiswa lainnya di kantin itu bersorak usai mendengar gombalan si ketua komisi disiplin UFO tahun ini.

Jungkook tersenyum sombong sembari menaikkan sebelah alisnya. “Gimana? Keren ‘kan gue?”

“Iya, keren banget.”

“Ya iya lah. Jeon Jungkook.” Lagi, Jungkook membanggakan dirinya, tanpa menyadari bahwa yang menyahutinya tadi adalah suara Jimin.

“Iya, saking kerennya sampe bikin gue pengen jewer kuping lo sampe putus.” Kesabaran Jimin sudah habis, ia segera menggerakkan tangannya untuk menjewer sebelah telinga Jungkook.

“B-by? Aww!” Jungkook mengaduh saat merasakan sebelah telinganya dijewer oleh Jimin.

“By, sejak kapan kamu di sini? Katanya nugas lama di perpus? Aduh, by. Jangan kenceng-kenceng jewernya aduh.”

Mahasiswa di sekitar hanya bisa menertawakan Jungkook yang dipergoki oleh Jimin.

“By, aku bercanda doang. Hueee.”

“Bercanda bercanda apaan? Itu anak orang lo bikin baper. Tuh lihat, wajahnya merah tuh!”

Jimin memekik sebal, namun segera melepaskan jewerannya karena Jungkook mengaduh kesakitan, pun telinganya memerah.

“Sumpah, aku iseng doang, By.” Jungkook merengek sembari meraih kedua tangan Jimin untuk dipegang.

Jimin menepis tangan Jungkook, ia beralih memukul bertubi-tubi lengan kekasihnya itu. “Keisengan lo gak bagus banget, sialan.”

“Dek, itu anak dari dulu emang gitu suka gombalin siapa aja dek. Tabok aja tabok,” ucap Rose mengompori.

“Emang dasar buaya nih orang.” Jimin melayangkan geplakan berkali-kali pada dada Jungkook.

“Aduh, by. Ampun dong,” rengek Jungkook. “Gini gini cuma kamu doang yang aku cinta loh, by. Kalo gombalin lain tuh aku iseng doang, sumpah,” lanjutnya membela diri.

“Cinta cinta tai meong? Kalo beneran cinta, gak perlu gombalin orang lain gitu!”

“Namanya juga bercanda doang, By. Sumpah, iseng doang. Sumpah gak macem-macem, serius. I swear. Maafin, please?” Jungkook meminta maaf sembari mengedipkan kedua matanya, memberikan tatapan puppy eyes.

“Gak usah bercanda-bercanda kayak gitu lagi!”

“Iya baby, siap!” Jungkook segera bersikap hormat pada Jimin. “Berarti dimaafin ya ini aku?” tanyanya sembari menaik-turunkan sebelah alisnya, tentu saja dengan senyum kemenangan yang mengembang.

“Mas, mbak. Tolong kalo Jungkook gombalin anak lain lagi, langsung jewer atau pukul aja kepalanya,” pinta Jimin pada Rose, Mingyu, dan Jaehyun. Ketiganya pun mengangguki permintaan Jimin dan bersorak “Siap dek!”

Jungkook meringis malu sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Dan lo lo semua yang digombalin sama Jungkook tuh cuekin aja. Dia buaya.” Kali ini Jimin memberikan peringatan pada mahasiswa di sekitar. Suasana di sekitar dipenuhi dengan tawaan, akhirnya si tukang gombal dari FISIP bisa mati kutu karena mahasiswa baru yang galak.

“Tenang aja, By. Setelah ini aku tobat. Swear!” Jungkook meringis.

“Woi denger semuanya, nih gue beneran tobat nih gak gombal-gombal lagi. Cuma Jimin yang gue cinta—Eh, by. Kamu mau ke mana?”

Jungkook berlari kecil mengikuti langkah Jimin yang ingin meninggalkan kantin.

“Mau balik perpus, nugas!”

“Aku ikut ya—”

“Gak usah!”

“Yah, By. Katanya aku dimaafin?”

“Bukan berarti gue gak marah ya!”

“Iya deh marah gak apa-apa. Tapi jangan lama-lama ya?”

“Diem, sana balik sama temen-temen lo.”

“Beneran nih gak apa-apa?”

“Gak apa-apa, tapi jangan GOMBALIN orang dong! Sayang ih!”

“Iya, siap. Janji, enggak kok, By.”

Jimin mendengus pelan, kemudian segera keluar dari kantin.

Baby, i love you. Nanti pulang bareng ya! Nanti kalo udah selesai nugasnya, hubungin akuu!” teriak Jungkook pada kekasihnya yang semakin jauh dari kantin.

Setelah itu Jungkook kembali ke bangku kantin, kemudian memukul satu-persatu kepala ketiga sahabatnya. “Dasar lu bertiga cepu banget ya, anjing. Untung Jimin gak pernah mutusin gue perkara ginian doang,” gerutunya. Sementara yang dipukul hanya tertawa.


Bersambung....

Ya memang ini tidak jelas kawan, mon maap :D