HEALING
Bagian dari alternate universe Better Than Revenge.
Hari pertama berada di Seoul, Jimin memilih beristirahat di kamarnya karena mengalami jet lag. Untung saja jet lag yang dideritanya tak berlangsung lama, sehingga keesokan harinya ia bisa keluar untuk melakukan reuni bersama beberapa sahabatnya.
“Kok rapi banget mau ke mana, nak?”
Jimin menghentikan langkahnya ketika mendengar pertanyaan ibunya. “Mau ke club sama teman-teman untuk melepas penat,” jawabnya sembari merapikan leather jacket hitam yang dikenakannya.
“Udah pamit sama Corbyn belum?” Kali ini ayahnya yang melayangkan pertanyaan.
“Papa, yang bener aja. Astaga.” Jimin mendesah kesal atas pertanyaan ayahnya.
“Bukan gitu, Ji. Nanti kalau dia bangun tidur terus nyariin—”
“Bilang kalau aku lagi sibuk ada acara penting ke luar, mama. Beres ’kan?”
“Jimin, anak kamu itu masih belum terbiasa di sini. Pasti rewel dan pengen sama kamu terus. Pergi ke club bisa minggu minggu berikutnya ’kan?”
“Bukannya ada mama, papa, sama suster yang bisa nenangin dia kalo nangis. Masa mau healing aja gak boleh sih? Ya Tuhan.”
“Kalau kamu gak bisa bertanggung jawab sebagai orang tua, seharusnya kamu gak—”
“Papa, udah. Gak usah debat malam-malam. Ya udah biarin Jimin pergi. Nanti kita tenangin Corbyn kalau bangun. Dia juga butuh hiburan setelah suntuk ngurus ini itu.” Ibu Park memotong perkataan suaminya untuk membela putranya.
“Apalagi setelah ngurus Corbyn yang rewel karena jet lag juga. Udah, biarin aja dia seneng-seneng melepas penat.”
“Ya udah berangkat sana. Ingat, hati-hati dan jangan pulang pagi.” Ibu Park menyuruh Jimin untuk segera berangkat.
“Pa, Ma, aku pergi dulu.” Tanpa berlama-lama, Jimin segera keluar dari rumahnya untuk pergi ke kelab malam.
“Hah. Bela aja terus, ma.” Ayah Park melayangkan kemarahannya pada istrinya.
“Mama selalu aja memanjakan dia, membebaskan dia melakukan apapun. Sekarang jadi gitu anaknya. Gak ada tanggung jawabnya sama sekali.”
“Gak tanggung jawab gimana, pa? Jimin udah jadi orang tua yang sangat bertanggung jawab untuk anaknya. Memang kelihatannya gitu, tapi nyatanya dia sangat sayang sama anaknya.”
“Sayang? Sayang dilihat dari man—”
“Halah! Papa tuh gak tau apa-apa. Mama yang paling ngerti Jimin bagaimana. Udah lah, mama males debat sama papa malem-malem gini.” Ibu Park segera meninggalkan ruang santai keluarga untuk menuju ke kamar Jimin karena di sana ada Corbyn yang masih terlelap.
“Gak ibu, gak anak, sama aja!” Ayah Park mendengus kesal karena perlilaku istri dan putranya. “Tapi aku juga gak ada bedanya sama mereka,” batinnya kemudian, merasa bersalah karena ia sebagai kepala keluarga juga membenarkan perilaku dua orang tersayangnya itu.
To be continue...